menu melayang

Jumat, 25 April 2025

Strategi Dagadu Hadapi Persaingan Industri Souvenir di Yogyakarta

Ghanisa Tour , Yogyakarta - Wisatawan yang hobi melancong ke Yogyakarta umumnya mengenal merek kaus oleh-oleh khas daerah itu, Dagadu . Dengan ciri khas tulisan kalimat nyleneh diwarnai gambar sederhana namun lucu, merek lokal yang lahir pada 1994 itu banyak diburu wisatawan. Namun itu dulu, setidaknya sampai awal 2000-an.

Bos Dagadu, Mia Argianti, tak menampik bahwa saat ini persaingan industri cendera mata yang menjadi satu penopang pariwisata di Yogyakarta semakin sempit. Oleh karena itu, Dagadu yang berasal dari walikan Aksara Jawa yang melambangkan "matamu" tersebut pun perlu diubah, walaupun tetap mempertahankan kecerdasannya dalam menyajikan cerita sederhana tapi menarik dan menghibur.

"Dagadu baik suka maupun tidak tetap harus berubah terus menerus untuk bertahan hidup," ujar Mia saat acara tersebut. fashion show menyelenggarakan perayaan ulang tahun ke-31 Dagadu di area Benteng Vredeburg Yogyakarta pada hari Jumat malam, 25 April 2025.

Bidik Wisatawan Muda

Mia mengatakan bahwa pasar dagadu terbesar saat ini adalah mereka yang berusia 30 tahun ke atas atau termasuk dalam generasi Z hingga milenial. Berdasarkan survei internal yang baru-baru ini dilaksanakan oleh perusahaan suvenirlah, merek tersebut masih kurang populer di antara kelompok masyarakat dengan umur di bawah 30 tahun.

Ini menginspirasi Dagadu untuk merevisi tim kreatifnya dengan fokus lebih pada segmen pasarnya yang kurang tersentuh tersebut. Apalagi, sekarang pengunjung utamanya adalah generasi muda. Ditambah lagi, Yogyakarta merupakan sumber daya bagi para pelajar dan mahasiswa berusia antara 15 hingga 25 tahun.

Angkat Narasi Sosial

Salah satu metodenya, Dagadu kini tidak sekadar fokus pada perannya sebagai seorang pemain. kaus -Kaus dengan nuansa wisata-tanda tangan. Dahulunya, Dagadu lebih mengutamakan ikon Yogyakarta seperti Malioboro atau Tugu Yogyakarta. Namun sekarang, Dagadu mulai merambah ke cerita-cerita sosial, atau kondisi yang sering dihadapi generasi muda dewasa ini sambil tetap menjaga ciri khas Yogyakartanya.

Sebagai contoh, salah satu rancangan kaos Dagadu bertajuk KPR. Singkatan asli dari KPR yaitu Kredit Pemilikan Rumah diganti menjadi Kapan Punya Rumah dalam desain tersebut. Ilustrasinya menunjukkan seorang pemuda yang sedang menyeka kepalanya dan menutupi wajahnya. Desain ini mencerminkan masalah kesulitan generasi muda atau pekerja pada masa kini untuk memiliki hunian sendiri lantaran biaya lahan semakin tinggi sementara gaji mereka tetap rendah.

Lain dari desain tersebut, Dagadu mempersembahkan cerita berjudul "Kami Serakah, Mereka Punah," yang menekankan kepentingan konservasi alam. Uniknya pada gambar ini terdapat ilustrasi kerangka-kerangka binatang yang dilengkapi dengan cincin bercahaya di atas kepala serta sayap mirip para malaikat.

"Dalam proses perkembangan ini, tujuan kami adalah mengubah Dagadu menjadi lebih dari sekedarصند صند oadmin: It seems like part of your request may have been cut off or unclear. Could you please provide more details so I can better assist with fully rewriting this sentence? oleh-oleh , tetapi semacam fashion statement —Ikon gaya hidup yang berasal dari budaya kita sendiri," ujarnya.

Walaupun sudah mulai sering mengangkat tema-tema sosial yang umumnya menarik minat kalangan remaja, Dagadu terus melakukan inovasi pada berbagai macam desain versinya, sebut Mia. tourism signature -Salah satu di antaranya, mereka mengambil ikon Monumen Serangan Oemoem 1 Maret yang berada di Benteng Vredeburg dalam versi kartunis yang lebih menarik dan cerah.

Mia menyebutkan bahwa masalahperlambatan ekonomi sebetulnya tidak secara keseluruhan berdampak pada penjualan oleh-oleh semacam kaos atau pakaian. Dia mencotohkan satu merek baju dari Bali yang masih menerima banyak pesanan. marketplace walaupun dihargai sebesar Rp 500ribu untuk setiap bijinya.

Masuk Pasar Online

Dagadu, menurut Mia, sampai saat ini masih sangat bergantung pada pasarnya. offline -Nya. Dari total penjualannya, sekitar 80 persen berasal dari pembelian langsung di beberapa cabang yang ada di Yogyakarta serta kota-kota lain seperti Jakarta. "Kami baru kali ini memasuki pasar," katanya. online, "Ini tujuan yang ingin kami capai," ujarnya.

Pada acara fesyen di Vredeburg tersebut, para pengunjung dan wisatawan yang berkerumun di sekitar Monumen Nol Kilometer diberi hiburan dengan pameran desain terbaru dari koleksi Dagadu bernama "Crafted with Stories – Merangkai Jejak Menjahit Makna". Desain-desain dalam koleksi baru ini meliputi Special Collection (Berkembang, KPR, Serakah Punah, Plastic Toxic, Hamemayu), seri Jogja (Kasongan, Nasi Tery, Ramah Marah), serta seri Remaja (Home dan Tamagotchi). Untuk menambah keseruan, band ska lokal asli Yogyakarta yaitu Shaggydog juga ikut tampil meramaikan acara.

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel

Arsip Blog